Subscribe:

Labels

Sekilas Info

Rabu, 11 Desember 2013

PROKONTRA (PLTN) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Menurut Kepala Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN, Setiyanto, Indonesia memang sudah sepakat bahwa nuklir bukan untuk pembuatan persenjataan dan sejenisnya. Lalu meminta masyarakat agar mengerti pentingnya pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) bagi Indonesia saat ini. Bahkan menekankan di antara Amerika, Rusia, China dan India, hanya Indonesia yang belum pakai PLTN.

Mungkin perlu diteliti apa latar belakang Kepala Batan berkomentar demikian. Lepas dari hal tersebut dan lepas dari pro maupun kontra penggunaan PLTN di Indonesia, ada baiknya kita melihat Jepang, kenyataan yang ada hingga saat ini. Setidaknya sampai dengan Oktober ini apa yang telah terjadi dengan bencana meledaknya PLTN di Fukushima sejak 11 Maret 2013 saat bencana alam di sana itu

Perasaan kuat masyarakat Jepang untuk menghentikan nuklir bukan tanpa alasan. Operator PLTN Fukushima, Tepco,  di mana reaktor nya meledak setelah gempa bumi 11 Maret 2011, jelas-jelas banyak berbohong kepada masyarakat mengenai berbagai hal dan akhirnya terungkap pers Jepang besar-besaran.

Sejak saat itulah masyakarat Jepang semakin tidak percaya dengan para Operator PLTN di Jepang. Bahkan sampai saat ini pun.

Bisa dibayangkan, saat itu hanya 50 orang termasuk anggota mafia Jepang – Yakuza – membantu menjinakkan reaktor dan kebocoran nuklir di Fukushima, sehingga mereka kini dijuluki Pahlawan 50 oleh masyarakat Jepang. Pekerja yang lain kabur semua menyelamatkan diri setelah ledakan dan kebocoran nuklir tersebut.

Banyak dampak kecelakaan nuklir tersebut dan terakhir adalah larangan masuk ikan dan makanan laut dari Jepang ke Korea Selatan, sejak sekitar Juni lalu hingga Oktober 2013 ini. Ketua Federasi Asosiasi Koperasi Perikanan Nasional Jepang, Hiroshi Kishi,  2 Oktober 2013 sempat menghadap kepada Duta Besar Korea di Tokyo memohon agar larangan tersebut dicabut segera karena akan berdampak kurang baik bagi industri perikanan Jepang.

Menjadi pertanyaan kini, dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan cara kerja yang ada di Indonesia saat ini, apakah kita semua siap untuk tetap melanjutkan proyek PLTN di Indonesia dengan segala risiko yang sangat besar bagi anak cucu kita?

Daripada debat kusir berkepanjangan mengenai PLTN mengapa tidak mengembangkan pembangkit listrik sumber energi alternatif yang lain, misalnya matahari, gas bumi, batubara. Bahkan batubara di Kalimantan yang jumlah cadangannya terlalu amat sangat banyak, bisa dikembangkan untuk pembangkit listrik. Kualitas batubara Kalimantan pun telah ditingkatkan dengan level kekeringan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan Jepang di sana, sehingga nantinya tidak akan mengeluarkan asap tebal hitam seperti terjadi selama ini.

Penggunaan sumber energi tersebut masih jauh lebih baik, apalagi kalau melihat risiko terhadap kelanjutan kehidupan manusia di masa mendatang. Katanya Indonesia kaya akan sumber daya alam, mengapa tak dilakukan perencanaan dan pengembangan semua itu dengan lebih baik sejak sekarang. Tidak ada kata terlambat bagi upaya penyelamatan dan pengembangan hidup manusia bagi masa depan yang lebih baik. Sekarang juga dilakukan, kita pasti bisa!
 

PENEMUAN DUA SENYAWA BARU UNTUK MENGOBATI KECANDUAN ROKOK DAN ALKOHOL

Para peneliti di Klinik Ernest Gallo dan Pusat Penelitian di Universitas California, San Francisco, serta Pfizer Inc, telah menentukan bahwa dua senyawa baru mungkin efektif dalam mengobati ketergantungan alkohol dan nikotin pada saat yang bersamaan.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Neuropsychopharmacology edisi 3 November 2010, para peneliti menunjukkan bahwa konsumsi alkohol pada tikus secara signifikan diturunkan oleh dua senyawa yang ditargetkan ke reseptor asetilkolin neuronal nicotinic (nAChR) subtipe {alpha}3{beta}4*.
nAChRs merupakan protein yang ditemukan di dalam otak dan sistem saraf pusat lebih luas yang memediasi efek zat-zat seperti nikotin. Baru-baru ini studi genetika manusia telah menunjukkan bahwa pengkodean gen subtipe {alpha}{3}beta4* sangat signifikan bagi kerentanan terhadap ketergantungan alkohol dan nikotin.
“Masalah ini telah menerjemahkan temuan-temuan genetik penting dalam pengobatan yang lebih efektif bagi manusia,” kata rekan penulis senior, Selena E. Bartlett, PhD, direktur kelompok Pengembangan Praklinis di Center Gallo. Penulis utama studi ini adalah Susmita Chatterjee, PhD, dari Pusat Gallo.

Pekerjaan telah dilakukan dalam kolaborasi dengan para ilmuwan yang dipimpin oleh rekan-penulis senior, Hans Rollema, PhD, dalam Neuroscience Research Unit di Pfizer Inc
Salah satu senyawa baru, CP-601932, telah dinyatakan aman pada manusia dalam sebuah studi klinis, catat Bartlett. Dia merekomendasikan sebuah studi klinis untuk mengevaluasi efikasi senyawa dan potensi manfaat baik dalam mengobati ketergantungan alkohol dan nikotin.
Senyawa lainnya adalah PF-4575180. Keduanya dikembangkan oleh Pfizer.
“Kecanduan alkohol dan nikotin seringkali diperlakukan sebagai gangguan yang terpisah,” kata Bartlett, “terlepas dari kenyataan bahwa 60 hingga 80 persen peminum berat juga menghisap tembakau. Sangat sedikit strategi yang efektif untuk mengobati gangguan ini secara terpisah, apalagi secara bersamaan. Data kami menunjukkan bahwa dengan menargetkan subtipe nAChR tertentu, dimungkinkan bisa mengobati ketergantungan alkohol dan nikotin dengan satu obat.”
Selagi senyawa memiliki dampak yang signifikan terhadap konsumsi alkohol pada tikus, asupan sukrosa tidak memiliki efek.” Hal ini menunjukkan bahwa tidak seperti obat lainnya yang sudah disetujui untuk penyalahgunaan alkohol, senyawa ini tidak mengganggu sistem pengimbalan alamiah otak dengan cara yang lebih luas,” kata Bartlett.
Rekan penulis dari penelitian ini adalah Pia Steensland dari Institutet Karolinska, Swedia; Jeffrey A. Simms dan Joan Holgate dari Gallo Center, serta Yotam W. Coe, Raymond S. Hurst, Christopher L. Shaffer dan John Lowe dari Pfizer.
Penelitian ini didukung pendanaan dari National Institute of Health, Departemen Pertahanan AS, Negara Bagian California, Yayasan BLANCEFLOR Boncompagni-Ludovisi, Bildt née, Yayasan Swedia-Amerika, dan Insamlingsstiftelsen Hjärnfonden/Yayasan Otak Swedia.
UCSF – afiliasi Klinik Ernest Gallo dan Research Center merupakan salah satu pusat terkemuka di dunia akademis untuk studi dasar biologis gangguan penggunaan substansi dan alkohol. Gallo Center menemukan molekul target potensial untuk pengembangan obat terapeutik yang diperpanjang melalui studi proof-of-concept klinis dan praklinis.
UCSF merupakan universitas terkemuka yang didedikasikan untuk mempromosikan kesehatan di seluruh dunia melalui penelitian biomedis lanjut, tingkat pendidikan sarjana di bidang ilmu pengetahuan dan profesi kesehatan, serta keunggulan dalam perawatan pasien.
Kesimpulan: Menurut saya penemuan ini adalah sangat bagi pecandu rokok dan alkoho. Karena banyak pecandu yang ingin berhenti dari rokok dan alkohol, tapi susah untuk berhentinya. Oleh karena itu dengan adanya penemuan ini mudah-mudahan para pecandu bisa benar-benar berhenti dari keduanya. 

Jumat, 15 November 2013

Efek Rumah Kaca pada Mobil Murah

Pemicu Cuaca Ekstrim
Penulusuran Tribunnews.com pada berbagai sumber menyebutkan, suhu udara di Jakarta pada tahun 1870 hanya berkisar 26 derajat celcius.

Ini sebanding dengan dinginnya suhu udara di kawasan Puncak Jawa Barat, atau sejuknya temperatur di perbukitan seperti di Batu Malang, Jawa Timur.

Tapi sekarang, seabad lebih kemudian, kota yang dulu bernama Jayakarta ini mengalami lonjakan kenaikan temperatur menjadi rata-rata 32 - 34 tiap harinya.

Bahkan, Jakarta pernah mencetak suhu tertinggi pada saat cuaca ekstrim hingga 37 derajat celcius. Apa pemicunya?

Ditemui secara terpisah, Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia, Tumpak Hutabarat, mengaku ikut cemas dengan potensi lonjakan suhu di kota berpenduduk terpadat di Indonesia ini.
Apalagi ia melihat belum adanya regulasi yang jelas tentang aturan pembangunan gedung-gedung pencakar langit dengan desain dominan berupa kaca-kaca di semua sisi bangunannya.

Tengok saja, betapa hampir semua gedung bank dan tower atau menara komersial amat dominan menggunakan bahan kaca yang tidak ramah pada pembentukan kesejukan udara karena sifatnya yang memantulkan panas, bukannya meredam atau menyerap.  

"Kalau muncul kecemasan suhu Jakarta bisa mencapai setengah air mendidih (50 derajat celcius), saya kira itu bukan tidak mungkin terjadi," tegas Tumpak. Selain efek rumah kaca, Walhi juga memperkirakan lonjakan suhu Jakarta bakal merangkak naik karena dampak longgarnya kebijakan pemasaran mobil murah.

Seperti diketahui, pemerintah memang melonggarkan produksi dan pemasaran mobil murah seperti dipamerkan di ajang 'Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013." Cukup banyak mobil jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) yang dibanderol kurang dari Rp 100 juta.
Dengan harga mobil baru semurah itu, Jakarta diyakini akan semakin macet karena merajalelanya mobil murah di jalanan. Emisi gas buang karbondioksida dari knalpot kendaraan makin mengotori udara Jakarta. Suhu udara Jakarta pun terus merangkak naik.

"Ini kebijakan tabrakan antarpejabat. Jokowi (Gubernur Jakarta) maunya transportasi massal, biar mengurangi emisi kendaraan. Tapi Menteri Perindustrian melonggarkan aturan mobil murah. Ya tunggu saja dampaknya," kata Tumpak, seolah melempar warning (peringatan keras). 

Di sisi lain, Jakarta juga dilanda begitu banyak problem polusi yang menyumbang terjadinya perubahan iklim dan cuaca ekstrim. Semua jenis polusi ada di kota mayoritas warga pendatang ini, mulai polusi udara, polusi suara, pencemaran air, limbah pabrik, limbah rumahtangga dan gedung, cerobong asap pabrik, serta emisi karbon yang dilepas ribuan kendaraan yang mengaspal di jalanan saban hari.

Ia khawatir, jutaan ton polutan yang beterbangan di udara, mencemari air tanah hingga air laut itu bakal jadi bom waktu dan amat berisiko menjadikan Jakarta mengulang pengalaman pahit Pakistan.

Karena kombinasi masalah yang sama, Islamabad (ibukota Pakistan), pernah pernah dilanda cuaca ekstrim dengan suhu lebih dari setengah air mendidih. Persisnya 70,5 derajat celcius pada tahun 2010 lalu.

"Saat itu banyak orang meninggal karena dehidrasi dan tak tahan panas," tuturnya. Pengalaman sama terjadi di sebuah kota di India di tahun yang sama, yang mencetak angka temperatur 47 derajat celcius.

Sementara di Indonesia, dalam catatan Walhi, temperatur tertinggi pernah terjadi Kalimantan Tengah, tepatnya di daerah Pulang Pisau yakni 40 derajat celcius tahun 2012 lalu. Bahkan di tahun yang sama, kota Ketapang warganya tersiksa kenaikan suhu hingga 42 derajat celcius.
Kalau di Jakarta cuaca ekstrim dipicu efek rumah kaca, di Kalimantan pemicunya adalah parahnya kerusakan hutan yang dirambah untuk dieskploitasi kayunya guna kepentingan komersial dan
perumahan.

"Yang pasti, kenaikan suhu daerah lain kan juga mengimbas ke Jakarta dan sebaliknya?" tegasnya.
Sebagai gambaran umum, problem Gas Rumah Kaca (GRK) di Kota Jakarta sendiri bersumber terutama dari energi (pembangkit/pemakaian listrik, transportasi, industri, rumah tangga, usaha komersial) dan limbah (baik limbah padat/sampah kota maupun limbah cair domestik).

2030, Emisi Karbo Naik Lima Kali Lipat
Data yang dilansir Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta menyebutkan, profil emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Kota Jakarta pada tahun 2005 lalu, penyumbang terbesarnya dari sektor transportasi dan pembangkit listrik.
Masing-masing persentasenya sebesar 44,89 persen dan 40,74% persen. Sedangkan sektor industri, sampah, dan rumah tangga persentasenya masing-masing sebesar 5,17 persen,  5,06 persen dan 4,10 persen.

Dari data tersebut, hasil perhitungan emisi GRK dari dua sumber utama adalah sektor transportasi dan pembangkit (pemakaian listrik) masing-masing sebesar 19,61 juta ton dan 17,79 juta ton CO2.
Bila tidak ada antisipasi serius, diperkirakan pada tahun 2030, emisi CO2 tersebut akan melonjak lebih dari lima kali lipat hingga mencapai lebih dari 200 juta ton CO2 mencemari atmosfer ibukota.

Tentunya emisi sebesar itu merupakan sebuah angka yang luar biasa bila hal tersebut tidak ditindaklanjuti. Bisa dibayangkan betapa makin tidak ramah ibukota negeri terhadap warganya sendiri.
Melalui situs Jakarta.go.id, Pemprov DKI Jakarta sendiri mengklaim tidak tinggal diam. Salah satunya dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No 2 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Kebijakan lain yakni Surat Keputusan (SK) Gubernur no. 141 yang mendesak semua kendaraan dinas Pemprov Jakarta menggunakan bahan bakar gas ramah lingkungan seperti CNG (Compress Natural Gas).

Ini pula yang telah digunakan moda transportasi TransJakarta (busway). Yang kedua adalah LPG (Liquid Petroleum Gas).

Minimnya Ruang Terbuka Hijau
Fenomena global warming dalam konteks kenaikan suhu udara memang sulit dihindari semua negara, semua kota. Tapi faktor pemicu lokal tak kalah memperparah.
Manager Building Construction Information (BCI) Asia Ashlakul Umam yang dikonfirmasi secara terpisah menuturkan, bahan bangunan berupa kaca sudah saatnya dilarang di Jakarta, karena sifatnya yang memantulkan panas dan bukannya meredam.
Standar ideal, struktur kaca pada tiap gedung harusnya tidak boleh lebih dari 30 persen. Tapi nyatanya banyak gedung mayoritas berkaca karena tampak mentereng dan 'angkuh.'

Sialnya, Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai peredam panas dan penghasil oksigen di Jakarta cuma tersedia tak lebih dari 10 persen dari total wilayah 65 ribu hektar.
Padahal Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Perkotaan mensyaratkan ketersedian RTH minimal 30 persen, terdiri atas 20 persen milik pemerintah dan 10 persen pribadi.
Parahnya lagi, pada tahun 2000 hingga 2005, Jakarta kehilangan 4.000 hektar RTH, terdiri atas 3.500 hektar kawasan resapan air di Jakarta Selatan dan 500 hektar di berbagai wilayah Jakarta
akibat perubahan fungsi lahan.

"Padahal di mana ada ruang terbuka hijau, di situ udaranya lebih sejuk 2 derajat dibanding yang tidak ada pepohonan," tutur Umam kepada Tribunnews.com. Selain penyejuk udara alami, RTH juga menyerap karbondioksida yang dilepaskan kendaraan bermotor. 

Berdasarkan laporan yang dirilis WWF, Climate Change: Implications for Humans and Nature tahun 2007, suhu udara di Indonesia cenderung naik rata-rata 0,3 derajat celsius per tahun.
Jadi bisa dibayangkan, kalau temperatur Jakarta saat ini yang rata-rata 33-34 derajat celcius itu pelan-pelan akan terus merangkak naik, mendekati 50 derajat celcius atau separuh panasnya air mendidih! Bisa jadi lebih, seperti pengalaman Pakistan, terutama kalau problem pemicunya tidak segera diantisipasi.

Meski isu pemanasan global terus menghantui, anehnya aktifitas mengonsumsi bahan bakar fosil, limbah padat dan sebagainya malah terus mengalami lonjakan, semakin pula memperbanyak karbondioksida melayang-layang di atmosfir.
Pada saat yang sama terjadi perambahan hutan dengan alasan mendesaknya kebutuhan perumahan dan produksi pangan yang ujung-ujungnya menyumbang pemanasan global.
Di sisi lain penggunaan bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Hal yang sama terjadi di Indonesia, seiring lonjakan jumlah kendaraan yang mengaspal di jalanan maupun kebutuhan industri.

Untuk diketahui, total konsumsi energi Indonesia selama tahun 2007 sebesar 5,18 EJ. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merinci, konsumsi energi ini berasal dari energi fosil sebesar 95 persen, Hydropower 3,4 persen, panas bumi 1,4 persen, dan lainnya 0,2 perten (data tahun 2003).

Artinya, ketergantungan pada minyak dari perut bumi masih dominan.
Pencemaran lingkungan sulit dibendung. Sebuah riset menyebut Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia. Bank Dunia bahkan memposisikan Jakarta sebagai kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi di jagat ini setelah Beijing, New Delhi dan Meksiko.
Divisi Pengkajian Ozon dan Polusi Udara di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan, penyulut pencemaran udara terbesar di Indonesia adalah emisi gas buang dari kendaraan bermotor, yaitu sekitar 85 persen.

"Faktor perawatan kendaraan yang tidak memadai dan pemakaian bahan bakar yang boros, juga cenderung menghasilkan kadar timbal tinggi yang merusak kualitas udara," kata Tubagus Soleh Ahmadi, peneliti dari Walhi Jakarta, saat ditemui secara terpisah.

Peneliti lingkungan, Ir Rusman Sagala MT, lewat makalahnya memaparkan, kalau tahun 2005 volume emisi karbon (CO2e) di Jakarta mencapai 35,09 juta ton, maka diperkirakan pada tahun 2030 mendatang bakal tembus 113,94 juta ton.
Bisa dibayangkan dong, betapa buruknya kualitas udara Jakarta, rusaknya ozon dan gerahnya suhu udara. Aneka penyakit kulit dan gangguan pernafasan seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) menghantui.

Rusman menyebutkan, penyumbang terbesar emisi karbon adalah sektor industri sebesar 29 persen. Secara kasab mata memang mudah dibuktikan, karena Jakarta dikelilingi kota-kota industri. Keluar sedikit dari kota, cerobong asap pabrik mengepul di mana-mana.
Di peringkat kedua adalah limbah rumahtangga 24 persen, disusul gas buang transportasi 20 persen, sektor komersial 15 persen, timbunan sampah 6 persen, emisi lainnya 4 persen dan limbah cair 2 persen.

Rasanya semakin ngeri melihat makin besarnya potensi polutan di masa mendatang bila menilik cepatnya lonjakan jumlah kendaraan bermotor.
Untuk sepeda motornya saja, misalnya. Kalau pada 2005 jumlah sepeda motor yang melenggang di jalanan baru di angka 2,5 juta unit, maka pada 2029 diperkirakan tembus angka 14 juta lebih.
Jumlah mobil yang pada 2005 baru satu juta unit, maka 2029 ditaksir melonjak jadi empat juta unit!

Sementara berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, pada 2009, jumlah kendaraan bermotor mencapai 9.993.867 unit. Angka ini meningkat 15 persen pada  2010 dengan total angka 11.362.396, terdiri atas roda dua sebanyak 8.244.346 unit dan roda empat sebanyak 3.118.050 unit.
Angka ini belum termasuk jumlah angkutan yang melintas dalam satu trayek. Berdasar data Direktorat Lalulintas Polda Metro Jaya angkanya mencapai 859.692 unit.

Padahal panjang jalan di Jakarta cuma 7.650 km. Luas luas hanya jalan 40,1 km atau 0,26 persen dari luas wilayah DKI. Sedangkan pertumbuhan panjang jalan hanya 0,01 persen per tahun.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Royke Lumowa mengingatkan Jakarta bakal macet total alias stuck tak lama lagi, yakni 2014, tahun depan.
"Kalau melihat pertumbuhan kendaraan sekitar 700 per hari, maka kami prediksi 2014 jalan di Jakarta sudah stuck. Kalau tidak ada kebijakan membatasi angka kendaraan tentu akan semakin parah kondisinya," ujar Royke, Senin (1/8/2011) di Polda Metro Jaya kepada pers, termasuk Tribunnews.

Kecuali, bila obsesi transportasi massal ala Gubernur Jukowi bisa segera terwujud dan volume kendaraan bisa direm.
Tapi, lagi-lagi cita-cita ini bertabrakan dengan target kerja Kementerian Perindustrian yang mendorong sebanyak-banyaknya penjualan produk otomotif. Wah, ya repot!

Solusi Gas Rumah Kaca
Karena pemanasan global dipicu oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca yang melayang-layang di atmosfer, maka sumber emisi itu harus ditekan.
Apalagi sumbernya kalau aktivitas manusia yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil seperti pada kendaraan bermotor, juga penggunaan alat elektronik.
Walhi Jakarta meyakini, bila emisi gas rumah kaca tidak ditekan, diperkirakan tidak hanya pemanasan global yang mengintai tapi juga krisis air bersih di Jakarta akibat meningkatnya permukaan air laut yang mengintrusi air tanah serta makin tingginya frekuensi penyebaran penyakit yang ditularkan nyamuk.

"Ini karena meningkatnya suhu membuat masa inkubasi nyamuk makin pendek," kata Tubagus Soleh dari Walhi Jakarta kepada Tribunnews.

Pihaknya menyerukan kampanye memerangi efek rumah kaca, antara lain:
- Menggunakan penerangan listrik seperlunya dengan lampu yang hemat energi.
- Menggalakkan transportasi massal, menekan jumlah mobil pribadi.
-  Kalau perlu, gunakan kendaraan non-motor. Seperti dicontohkan Walikota Bandung, Ridwan Kamil, yang boro-boro mau menunggangi fasilitas mobil dinas yang nyaman, malah memilih gowes, naik sepeda dari dan ke kantor tempatnya bertugas, meski harus bercucuran keringat di tengah siang terik. 
- Moratorium penebangan hutan dan kampanye menanam pohon di setiap rumah.

Mengenai ide menanam pohon di tiap rumah ini, aktris Widyawati amat sepakat. "Coba bayangkan, kalau di depan tiap rumah ada satu pohon besar saja, betapa sumbangsihnya besar dalam menyerap karbon dan menyuplai oksigen buat sesama," timpal  pemain film senior Widyawati Sophiaan.
Karena itu, wanita yang tetap cantik di usia senja ini amat gembira melihat fenomena makin maraknya gaung gerakan go green, isu-isu back to nature, isu ramah lingkungan, dan kampanye sejenis lain.

Minggu, 03 November 2013

Mengenal Berbagai Penyebab Efek Rumah Kaca




Tentunya Anda sering mendengar istilah efek rumah kaca. Ya, ini adalah sebuah nama band berlabel indie asal Jakarta beraliran Alternative Rock. Namun bukan efek rumah kaca grup musik yang kami maksud, melainkan efek rumah kaca yang diakibatkan dari pemanasan suatu benda langit. Efek rumah kaca bisa mengakibatkan hal yang buruk sehingga saat ini sedang dikampanyekan pengurangan gas rumah kaca.


                  •  Pengetian
Seperti yang sudah dijelaskan secara singkat diatas, efek rumah kaca merupakan proses pemanasan dari permukaan suatu benda langit atau diangkasa yang disebabkan oleh komposisi serta keadaan atmosfernya. Benda-benda langit yang dimaksudkan terutama adalah planet maupun satelit. Sebenarnya efek rumah kaca hampir ada diberbagai planet di tata surya seperti Mars, Venus, dan benda-benda langit lainnya, namun pembahasa penuhnya adalah efek rumah kaca di planet Bumi yang kita tinggali ini. Istilah ini sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1824 oleh seorang fisikawan asal Perancis bernama Jean Baptise Joseph Fourier. Sang fisikawan ini memang sudah dikenal dengan studinya yakni Deret Fourier serta penerapannya pada masalah arus panas. Nah, efek rumah kaca tentu saja mempunyai kaitan yang sangat erat dengan gas rumah kaca. Hal ini lantaran gas rumah kaca itu merupakan sekumpulan gas-gas pada atmosfer yang menjadi sebab adanya efek rumah kaca. Gas-gas yang disebut gas rumah kaca bisa muncul secara alami di lingkungan bumi, namun bisa juga timbul karena aktivitas manusia.

Setidaknya gas rumah kaca yang dianggap paling banyak adalah berasal dari uap air yang dimana unsur tersebut mencapai atmosfer akibat penguapan air laut, danau serta sungai. Sedangkan karbondioksida merupakan gas terbanyak kedua setelah uap air. Untuk gas rumah kaca lain dari proses alami diantaranya adalah letusan vulkanik dari gunung berapi, pernapasan hewan maupun manusia yang menghirup oksigen lalu membuang karbondioksida serta dan pembakaran material organik seperti tumbuhan maupun kegiatan industri. Meskipun uap air juga turut bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari adanya efek rumah kaca, namun kebanyakan orang menganggap bahwa efek rumah kaca hanya diakibatkan oleh naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) serta gas-gas lain. Anggapan tersebut memang bisa dianggap tidak salah, namun kurang tepat.
  • Karbondioksida
Kenaikan karbon dioksida (CO2) yang merupakan sejenis senyawa kimia berbentuk gas ini biasanya disebabkan oleh adanya pembakaran bahan bakar minyak, batu bara serta bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan maupun laut untuk menyerapnya. Hal inilah yang akhirnya mengakibatkan adanya efek rumah kaca.
  • Metana
Gas  Hidrokarbon Metana biasanya dilepaskan selama produksi serta transportasi batu bara, gas alam, maupun minyak bumi. Metana yang dianggap sebagai komponen utama gas alam masuk dalam kategori gas rumah kaca dan mengakibatkan efek rumah kaca.
  • Nitrogen Oksida
Sebuah gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan juga dari lahan pertanian. Gas Nitrogen Oksida dihasilkan dari reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara saat terjadi pembakaran, biasanya pada suhu tinggi. Sering kali gas ini berasal dari tempat dengan kepadatan lalu lintas tinggi. Gas ini juga termasuk gas rumah kaca dan bisa mengakibatkan efek rumah kaca.
  • Gas-Gas Lain
Selain Karbondioksida, Metana dan Nitrogen Oksida yang menyumbang gas rumah kaca, ada pula beberapa gas lain diantaranya adalah belerang dioksida, klorofluorokarbon (CFC) dan lain-lain.
  • Akibat Efek Rumah Kaca
Sudah sejak lama para ilmuwan mengkhawatirkan akibat dari efek rumah kaca karena bisa merusak lingkungan. Salah satu akibatnya yang sudah terasa adalah dengan meningkatnya suhu permukaan bumi yang akhirnya bisa mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem. Tentunya hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya hutan serta ekosistem lain di bumi, dan mengurangi kemampuannya guna menyerap karbon dioksida di atmosfer.
Efek rumah kaca sebenarnya tidak selalu buruk dan justru sangat dibutuhkan karena jika tidak ada nantinya bisa mengakibatkan bumi menjadi sangat dingin atau bisa keseluruhan akan tertutupi es. Namun jika gas-gas yang bisa membuat efek rumah kaca telah berlebihan di atmosfer, akibatnya akan mengakibatkan pemanasan global.
Ada satu cara yang “mujarab” untuk mengurangi gas rumah kaca, yakni dengan memelihara pepohonan serta menanam pohon lebih banyak. Pohon dianggap mampu menyerap karbon dioksida lebih cepat dan dalam jumlah banyak, memecahnya melalui fotosintesis, maupun menyimpan karbon pada kayunya. Salah satu upaya dunia internasional untuk menanggulangi gas rumah kaca adalah dengan mengadakan konvensi yang disebut Protokol Kyoto. Protokol Kyoto memerintahkan negara-negara dunia untuk berkomitmen mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida serta lima gas rumah kaca lainnya untuk menanggulangi dampak efek rumah kaca. 

  •  Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.

 
Sumber : http://hzhadyan1412.blogspot.com/2011/12/efek-rumah-kaca-penyebab-dampak-dan.html

Sabtu, 19 Oktober 2013

Kerajaan Singosari, Malang Jawa Timur


Singosari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini berada di sebelah utara Kota Malang, dan dilintasi jalur utama Surabaya-Malang. Terletak pada ketinggian 400-700 meter dpl, Singosari beriklim sejuk. Daerah yang lebih tinggi berada di sebelah barat di kaki Gunung Arjuno dimana sebagian besar wilayahnya diperuntukkan bagi perkebunan (kopi), kehutanan (mahoni) dan peternakan (ayam) sehingga populasi penduduknya jarang

Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi di hulu sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Indonesia. Pada abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil yang tidak berarti. Keadaan ini lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berhasil merebut daerah tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada tahun 1222 Masehi. Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan yang berpusat di desa Kutaraja serta mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah tersebut diganti nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari menjadi kota kerajaan yang menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292 Masehi.
Kerajaan Singasari memiliki keterkaitan dengan kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 Masehi. Sanggramawijaya atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai Raden Wijaya adalah cucu dari Narasingamurti dan menantu dari Raja Kertanegara. Kertanegara adalah raja Singasari terakhir yang meninggal terbunuh dalam peperangan melawan tentara pemberontak yang mengatas namakan Kerajaan Kediri di bawah pimpinan Jayakatwang. Raden Wijaya secara resmi menjadi raja Majapahit setelah berhasil mengalahkan tentara Jayakatwang yang telah merebut Singasari. Raden Wijaya melakukannya dengan bantuan tentara Tartar dari China yang awalnya datang ke Jawa untuk tujuan menaklukkan Singasari yang ternyata sudah terlebih dahulu diruntuhkan oleh Jayakatwang.


Kisah tentang kerajaan Singasari, pertama kali disiarkan dalam karya J.L.A. Brandes, Pararaton of het boek der konigen van Tumapel en van Majapahit uitgegeven en toegelicht, di tahun 1896. Dalam karya tersebut J.L.A. Brandes membahas tentang kisah pendiri Singasari sebagaimana tertulis di dalam Serat Pararaton atau yang juga disebut sebagai Katuturanira Ken Arok. Dimulai dengan cerita tentang Ken Arok yang kemudian menjadi pendiri kerajaan Tumapel dan mengambil nama abhiseka  Rajasa Sang Amurwabhumi setelah mengalahkan Raja Kertajaya dari Kediri. Sejak saat itu, cerita Ken Arok mulai dikenal di lingkungan kesejarahan Indonesia.



Pararaton adalah manuskrip jawa kuno yang ditulis dalam bentuk dongeng yang berbeda dengan bentuk tulisan sejarah. Oleh karena itu beberapa ahli sejarah menolak kebenaran naskah tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwa cerita itu tidak diperuntukkan bagi para ahli sejarah, melainkan bagi masyarakat Jawa Kuno yang pada saat itu banyak mendapat pengaruh dari kepercayaan Hindu. Maka dengan sendirinya, manuskrip tersebut dikisahkan sesuai dengan alam pikiran masyarakat yang membacanya. Ajaran hinduisme, meliputi diantaranya dewa-dewa, titisan, karma dan yoga. Ajaran itu mempengaruhi alam pikiran masyarakat Jawa dan kesusasteraannya. Pararaton adalah hasil sastra dari zaman itu, maka dengan sendirinya sastra Pararaton juga bersudut pandang ajaran Hinduisme.
Berikut ini adalah ringkasan cerita tentang Ken Arok sebagaimana tertulis di dalam naskah Pararaton.

Bhatara Brahma berjinak-jinak dengan Ken Ndok di lading Lalateng, kemudian berpesan agar Ken Ndok jangan lagi berkumpul dengan suaminya. Larangan Dewa Brahma itu mengakibatkan perceraian dengan suaminya Ken Ndok, Gajah Para. Ken Ndok pulang ke Desa Pangkur, diseberang utara sungai; Gajah Para kembali ke Desa Campara, di seberang selatan. Lima hari kemudian, Gajah Para meninggal, konon karena ia melanggar larangan Dewa Brahma dan karena anak yang masih di dalam kandungan. Setelah sampai bulannya, Ken Ndok melahirkan bayi laki-laki, yang segera dibuang di kuburan akibat menanggung malu. Pada malam harinya, seorang pencuri bernama Lembong tercengang melihat sinar berpancaran di kuburan tersebut. Saat sinar itu didekatinya nampaklah seorang bayi sedang menangis. Karena kasihan maka bayi tersebut dibawanya pulang. Segera tersiar kabar bahwa Lembong mempunyai anak pungut berasal dari kuburan. Mendengar kabar itu, Ken Ndok dating mengunjungi Lembong dan mengaku bayi itu anaknya, lahir dari kekuasaan Bhatara Brahma. Anak itu diberi nama Ken Arok.

Ken Arok tinggal di desa Pangkur sampai dapat menggembalakan kerbau, namun ia suka berjudi. Harta kekayaan Ayah pungutnya habis diperjudikan. Ketika ia disuruh menggembalakan kerbau kepala desa Lebak, kerbau itupun diperjudikannya juga. Akibatnya ayah pungutnya harus membayar uang ganti rugi. Karena kesal, Ken Arok pun diusir dari rumah. Ditengah jalan ia bertemu dengan Bango Samparan, penjudi dari Desa Karuman. Ken Arok dibawa ke tempat perjudian. Pada waktu itu Bango Samparan menang; menurut anggapannya berkat kehadiran Ken Arok. Oleh karena itu Ken Arok diajaknya pulang dan dijadikan anak pungut istri tua Bango Samparan yang kebetulan mandul.  Di Karuman, Ken Arok merasa kesepian, karena ia tidak dapat bergaul dengan anak-anak Tirtaja, istri muda Bango Samparan. Kemudian ia pergi dan bertemu dengan Tita, anak Sahaja, kepala desa Siganggeng dan belajar bersama pada seorang guru bernama Janggan. Di rumah Janggan, ia menunjukkan kenakalannya. Buah jambu milik Janggan yang masih mentah diambil dan diruntuhkan. Melihat perbuatan itu, Janggan marah. Ken Arok tidak berani masuk rumah, lalu tidur di luar di atas timbunan jerami kering. Ketika Janggan keluar di malam hari, ia terkejut melihat sinar berpancaran dari timbunan jerami. Ketika didekatinya, ternyata sinar itu berasal dari Ken Arok. Sejak saat itu Janggan sangat menyayangi Ken Arok.

Ken Arok dan Tita tinggal di sebuah pondok di sebelah timur Siganggeng untuk menghadang para pedangang yang lewat, namun kenakalannya tidak sampai disitu saja. Ia berani pula merampok dan merogol gadis penyadap di Desa Kapundungan. Ken Arok menjadi perusuh yang mengganggu keamanan wilayah Tumapel dan menjadi buruan Akuwu (Penguasa daerah). Ken Arok lari dari satu tempat ke tempat lain. Tiap tempat yang didatanginya menjadi tidak aman, namun ia selalu dapat lolos dari bahaya berkat perlindungan Bhatara Brahma.

Ketika Ken Arok berguru kepada Mpu Palot di Turnyatapada, ia diutus untuk mengambil emas pada kepala desa Kabalon. Orang-orang Kabalon tidak percaya bahwa ia adalah utusan Mpu Palot. Karena marah, salah seorang diantara mereka ditikamnya, lalu ia lari ke rumah kepala desa. Segenap penduduk Desa Kabalon mengejarnya, masing-masing bersenjatakan golok atau palu. Sekonyong-konyong terdengar suara dari langit yang berkata: “Jangan kau bunuh orang itu. Ia adalah puteraku. Belum selesai tugasnya di dunia!”. Mendengar suara itu para pengejarnya berhenti, lalu bubar.

Sementara itu, diketahui oleh orang-orang Daha (Kediri) bahwa Ken Arok bersembunyi di Turnyatapada. Dalam kejaran orang-orang Daha, Ken Arok lari ke Desa Tugaran, dari Tugaran ke Gunung Pustaka dan dari situ mengungsi ke Desa Limbahan; dari Desa Limbahan ke Desa Rabut, akhirnya sampai Panitikan. Atas nasihat seorang nenek ia bersembunyi di Gunung Lejar. Dalam persembunyiannya di Gunung Lejar, ia mendengar keputusan para Dewa bahwa ia telah ditakdirkan menjadi raja yang akan menguasai Pulau Jawa.

Brahmana Lohgawe datang dari India ke Pulau Jawa menumpang di atas tiga helai daun kakatang, diutus oleh Bhatara Brahma untuk mencari orang yang bernama Ken Arok. Ciri-cirinya: tanganya panjang melebihi lutut; rajah telapak tangan kanannya ialah cakra, rajah telapak tangan kirinya bertanda cangkang kerang. Kata Bhatara Brahma, ia adalah titisan Dewa Wisnu di suatu candi. Dengan jelas diberitahukan kepadanya, Dewa Wisnu tidak ada lagi di candi pemujaan, karena telah menitis pada orang yang bernama Ken Arok di Pulau Jawa. Ia diperintahkan mencarinya di perjudian. Oleh karena itu, sesampainya Brahmana Lohgawe di Pulau Jawa, ia segera menuju Desa Taloka bertemu dengan Ken Arok.


Ken Arok dibawanya menghadap Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah mendengar uraian pendeta Lohgawe bahwa ia baru saja dating dari Jambudwipa dan maksud kedatangannya ialah untuk menitipkan anak angkatnya, Ken Arok diterima oleh Tunggul Ametung sebagai pembantu.

Istri Tunggul Ametung sangat cantik bernama Ken Dedes, anak tunggal seorang pendeta Budha di Panawijen bernama Mpu Purwa. Konon ketika Tunggul Ametung datang di Panawijen untuk meminang Ken Dedes, kebetulan Mpu Purwa sedang bertapa di tegal. Karena tidak dapat menahan nafsunya, Ken Dedes dilarikan ke Tumapel dan dikawininya. Ketika Mpu Purwa pulang dari pertapaan, mendapatkan rumahnya kosong, lalu menjatuhkan kutuk: “Semoga yang melarikan anak saya tidak akan selamat hidupnya; semoga ia mati kena tikaman keris. Semoga sumur dan sumber air di Panawijen semuanya kering sebagai hukuman kepada para penduduknya, karena mereka itu segan memberitahukan penculikan anak saya. Semoga anak saya yang sudah mendapat wejangan karma amamadangi  tetap selamat dan mendapat bahagia!”.

Ketika Ken Arok datang di Tumapel, Ken Dedes telah hamil. Bersama suaminya, ia naik kereta berpesiar ke taman Baboji. Pada waktu Ken Dedes turun dari kereta, tersingkap kain dari betis sampai pahanya. Ken Arok terpesona melihatnya karena rahasia Ken Dedes berpancaran sinar. Sepulangnya dari taman, peristiwa itu diceritakan oleh Ken Arok kepada pendeta Lohgawe. Jawab Lohgawe: “Wanita yang rahasianya menyala, adalah wanita nareswari. Betapapun nestapanya lelaki yang menikahinya, ia akan menjadi raja besar.” Mendengar ujaran itu, Ken Arok terdiam. Timbul niatnya untuk membunuh Tunggul Ametung, namun Lohgawe tidak setuju.

Ken Arok meminta izin untuk mengunjungi ayah angkatnya Bango Samparan di Desa Karuman. Sesampainya disana, ia menceritakan pengalamannya di taman Baboji kepada Bango Samparan dan menegaskan niatnya untuk membunuh Tunggul Ametung serta kemudian mengawini Ken Dedes. Bango Samparan member nasihat agar Ken Arok sebelum melaksanakan niatnya supaya pergi dulu ke Lulumbang menemui pandai keris bernama Mpu Gandring, ia adalah kawan karib Bango Samparan. Konon barang siapa kena tikam keris buatannya pasti mati. Nasihatnya, supaya Ken Arok memesan keris kepadanya. Hanya setelah keris pesanan itu selesai ia baru boleh melaksanakan niatnya. Ken Arok berangkat ke Lulumbang dan memesan keris kepada Mpu Gandring. Dalam waktu lima bulan, keris itu supaya sudah selesai. Namun jawab Mpu Gandring, supaya ia diberi waktu setahun agar matang pembuatannya. Ken Arok tetap pada permintaannya, lalu ia pergi. Lima bulan kemudian, Ken Arok kembali ke Lulumbang untuk mengambil keris pesanannya, namun keris itu sedang digerinda. Karena marahnya, keris itu direbut dan ditikamkan pada Mpu Gandring, kemudian dilemparkan ke lumpang pembebekan gerinda. Lumpang pun pecah terbelah. Dilemparkan lagi ke landasan, namun landasan pun pecah berantakan. Ken Arok yakin bahwa keris itu benar-benar ampuh. Sementara itu, Mpu Gandring yang sedang berlelaku, mengumpat: “Hei Arok! Kamu dan anak cucumu sampai tujuh keturunan akan mati karena keris itu juga!” setelah menjatuhkan umpat itu, ia pun mati. Pikir Ken Arok: “Kalau kelak saya benar jadi orang besar, anak cucu Gandring akan mendapat balas jasa,” lalu, Ken Arok pun pulang tergesa-gesa ke Tumapel.

Di Tumapel, Ken Arok memiliki seorang sahabat karib bernama Kebo Hijo. Kebo Hijo sangat dipercaya oleh Tunggul Ametung, tetapi wataknya suka pamer. Ketika ia melihat keris Ken Arok yang berukiran kayu cangkring, ia meminta Ken Arok untuk meminjamkan kepadanya. Memang itulah maksud Ken Arok, keris kemudian dipinjamkan lalu dipamer-pamerkan Kebo Hijo kepada orang banyak, sehingga segenap orang Tumapel tahu bahwa Kebo Hijo mempunyai keris baru. Ken Arok menduga bahwa saat yang dinanti-nantikannya telah tiba. Keris diambil oleh Ken Arok tanpa sepengetahuan Kebo Hijo. Pada malam hari waktu telah sepi, Ken Arok masuk ke rumah Tunggul Ametung, ia langsung menuju tempat tidur Tunggu Ametung yang sedang tidur nyenyak, segera ditikamnya dengan keris Gandring. Baru keesokan harinya diketahui bahwa Tunggul Ametung telah mati ditusuk dengan keris milik Kebo Hijo yang masih tertancap di dadanya. Dengan serta merta, Kebo Hijo disergap oleh sanak saudara Tunggul Ametung, dikeroyok dan ditusuki dengan keris Gandring. Anaknya Kebo Randi menangisi kematian ayahnya. Melihat peristiwa itu, iba hati Ken Arok dan berjanji akan mengambilnya sebagai pekatik (abdi).

Sepeninggal Tunggul Ametung, Ken Arok menjadi akuwu di Tumapel dan mengawini Ken Dedes. Di antara warga Tumapel, tidak ada seorangpun yang berani menentang. Pada waktu itu Tumapel adalah daerah bawahan Daha (Kediri), yang diperintah oleh Raja Kertajaya. Konon Raja Kertajaya juga disebut sebagai Dandang Gendis. Ia sedang berselisih dengan para pendeta Siwa-Budha, karena keinginannya untuk disembah sebagai Dewa. Keinginan itu ditolak, karena belum pernah terjadi pendeta menyembah raja. Untuk memperlihatkan kemampuannya, Kertajaya menancapkan tombaknya di tanah dan duduk diatas ujungnya. Namun, para pendeta tetap pada pendiriannya. Beberapa pendeta meninggalkan Daha dan pergi mencari perlindungan di Tumapel. Hal ini menambah jumlah pengikut Ken Arok yang sudah agak besar. Keturunan dan kerabat yang pernah berbuat baik kepada Ken Arok dipanggil ke Tumapel untuk menerima balas jasa dan diminta untuk menetap disana. Oleh para pengikutnya, Ken Arok diangkat sebagai raja dan mengambil nama abhiseka sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. Sejak saat itu, Ken Arok tidak lagi menghadap Raja Kertajaya di Daha. Hal itu menimbulkan rasa curiga pada Kertajaya. Ken Arok diduga akan memberontak. Kertajaya bersumbar bahwa Daha tidak akan dapat ditundukkan oleh siapa pun, kecuali oleh Bhatara Guru (Dewa Siwa). Mendengar sesumbar itu, Ken Arok memanggil para pendeta dan rakyatnya untuk menyaksikan bahwa ia mengambil nama sebagai Bhatara Guru dan memerintahkan tentara Tumapel untuk bergerak menyerbu Daha. Pertempuran sengit antara tentara Tumapel dan Daha berkobar di sebelah utara Desa Ganter. Dalam pertempuran itu, Mahisa Walungan dan Gubar Baleman, hulubalang Daha, tewas. Sehingga bala tentara Daha terpukul mundur dan lari mencari perlindungan. Raja Kertajaya pun melarikan diri mencari perlindungan di dalam candi. Daha pun jauh dalam kekuasaan Tumapel pada tahun 1222 Masehi.

Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok memperoleh tiga orang putera dan seorang puteri, yaitu Mahisa Wunga Teleng, Panji Saprang, Agnibaya dan Dewi Rimbu. Dan perkawinan keduanya dengan Ken Umang, Ken Arok juga mempunyai tiga putera dan seorang puteri yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola dan Dewi Rambi. Putera sulung Ken Dedes keturunan Tunggul Ametung bernama Anusapati.

Bertahun-tahun lamanya kisah pembunuhan Tunggul Ametung dirahasiakan oleh Ken Dedes terhadap Anusapati. Namun, ketika Anusapati telah remaja dan ia merasa diperlakukan lain daripada saudara-saudaranya oleh Sang Amurwabhumi, muncullah rasa curiga di dalam hati Anusapati. Atas desakan pengasuhnya, Anusapati bertanya kepada Ken Dedes, mengapa Sang Amurwabhumi bersikap demikian. Jawab Ken Dedes, “Jika engkau ingin tahu, ayahmu yang sebenarnya ialah mendiang Tunggul Ametung. Ayahmu telah mati, ketika engkau masih di dalam kandungan. Pada waktu itu aku dikawini oleh Sang Amurwabhumi.” Anusapati bertanya lagi, “Apa sebabnya ayah meninggal?” Jawab Ken Dedes, “Dibunuh oleh Sang Amurwabhumi”. Pada saat itu Ken Dedes terdiam, merasa telah membocorkan rahasia. Anusapati bertanya lagi:”Ibunda, bolehkan saya melihat keris Gandring pusaka Sang Amurwabhumi?” Keris pun diperlihatkan Ken Dedes kepada Anusapati.

Anusapati mempunyai seorang pengalasan berasal dari Desa Batil. Pengalasan itu segera dipanggil dan diberi perintah untuk membunuh Sang Amurwabhumi dengan keris Gandring. Tanpa membantah, pengalasan itu pun pergi untuk membunuh Ken Arok. Dengan serta merta, Sang Amurwabhumi yang sedang bersantap ditikam dari belakang, mati seketika itu juga. Ketika itu hari Kamis Pon, wuku Landep, waktu senja  matahari baru saja tenggelam, tahun Saka 1169 (1297 Masehi). Setelah menikam, pengalasan itu pun lari untuk member laporan kepada Anusapati. Anusapati kemudian memberinya hadiah imbalan. Katanya:”Telah mati terbunuh, oleh hamba, ayah paduka!” Dengan serta merta pula, pengalasan itu dihabisi hidupnya oleh Anusapati. Karenanya tersiar kabar: “Sang Prabu mati kena amuk orang dari Desa Batil. Anusapati telah membalaskan dendam dengan membunuh pengalasan itu:. Rajasa Sang Amurwabhumi pun dicandikan di Kagenengan.

Anusapati mempunyai seorang pengalasan berasal dari Desa Batil. Pengalasan itu segera dipanggil dan diberi perintah untuk membunuh Sang Amurwabhumi dengan keris Gandring. Tanpa membantah, pengalasan itu pun pergi untuk membunuh Ken Arok. Dengan serta merta, Sang Amurwabhumi yang sedang bersantap ditikam dari belakang, mati seketika itu juga. Ketika itu hari Kamis Pon, wuku Landep, waktu senja  matahari baru saja tenggelam, tahun Saka 1169 (1297 Masehi). Setelah menikam, pengalasan itu pun lari untuk member laporan kepada Anusapati. Anusapati kemudian memberinya hadiah imbalan. Katanya:”Telah mati terbunuh, oleh hamba, ayah paduka!” Dengan serta merta pula, pengalasan itu dihabisi hidupnya oleh Anusapati. Karenanya tersiar kabar: “Sang Prabu mati kena amuk orang dari Desa Batil. Anusapati telah membalaskan dendam dengan membunuh pengalasan itu:. Rajasa Sang Amurwabhumi pun dicandikan di Kagenengan. 


sumber: History sader