Menurut Kepala Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN,
Setiyanto, Indonesia memang sudah sepakat bahwa nuklir bukan untuk
pembuatan persenjataan dan sejenisnya. Lalu meminta masyarakat agar
mengerti pentingnya pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) bagi Indonesia saat ini. Bahkan menekankan di antara Amerika, Rusia, China dan India, hanya Indonesia yang belum pakai PLTN.
Mungkin
perlu diteliti apa latar belakang Kepala Batan berkomentar demikian.
Lepas dari hal tersebut dan lepas dari pro maupun kontra penggunaan PLTN
di Indonesia, ada baiknya kita melihat Jepang,
kenyataan yang ada hingga saat ini. Setidaknya sampai dengan Oktober
ini apa yang telah terjadi dengan bencana meledaknya PLTN di Fukushima sejak 11 Maret 2013 saat bencana alam di sana itu
Perasaan kuat masyarakat Jepang untuk menghentikan nuklir bukan tanpa alasan. Operator PLTN Fukushima,
Tepco, di mana reaktor nya meledak setelah gempa bumi 11 Maret 2011,
jelas-jelas banyak berbohong kepada masyarakat mengenai berbagai hal dan
akhirnya terungkap pers Jepang besar-besaran.
Sejak saat itulah masyakarat Jepang semakin tidak percaya dengan para Operator PLTN di Jepang. Bahkan sampai saat ini pun.
Bisa dibayangkan, saat itu hanya 50 orang termasuk anggota mafia Jepang – Yakuza – membantu menjinakkan reaktor dan kebocoran nuklir di Fukushima, sehingga mereka kini dijuluki Pahlawan 50 oleh masyarakat Jepang. Pekerja yang lain kabur semua menyelamatkan diri setelah ledakan dan kebocoran nuklir tersebut.
Banyak dampak kecelakaan nuklir tersebut dan terakhir adalah larangan masuk ikan dan makanan laut dari Jepang ke Korea Selatan, sejak sekitar Juni lalu hingga Oktober 2013 ini. Ketua Federasi Asosiasi Koperasi Perikanan Nasional Jepang,
Hiroshi Kishi, 2 Oktober 2013 sempat menghadap kepada Duta Besar Korea
di Tokyo memohon agar larangan tersebut dicabut segera karena akan
berdampak kurang baik bagi industri perikanan Jepang.
Menjadi
pertanyaan kini, dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan cara kerja yang
ada di Indonesia saat ini, apakah kita semua siap untuk tetap
melanjutkan proyek PLTN di Indonesia dengan segala risiko yang sangat
besar bagi anak cucu kita?
Daripada debat kusir berkepanjangan
mengenai PLTN mengapa tidak mengembangkan pembangkit listrik sumber
energi alternatif yang lain, misalnya matahari, gas bumi, batubara.
Bahkan batubara di Kalimantan yang jumlah cadangannya terlalu amat
sangat banyak, bisa dikembangkan untuk pembangkit listrik. Kualitas
batubara Kalimantan pun telah ditingkatkan dengan level kekeringan jauh
lebih baik oleh sebuah perusahaan Jepang di sana, sehingga nantinya tidak akan mengeluarkan asap tebal hitam seperti terjadi selama ini.
Penggunaan
sumber energi tersebut masih jauh lebih baik, apalagi kalau melihat
risiko terhadap kelanjutan kehidupan manusia di masa mendatang. Katanya
Indonesia kaya akan sumber daya alam, mengapa tak dilakukan perencanaan
dan pengembangan semua itu dengan lebih baik sejak sekarang. Tidak ada
kata terlambat bagi upaya penyelamatan dan pengembangan hidup manusia
bagi masa depan yang lebih baik. Sekarang juga dilakukan, kita pasti
bisa!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar